kabarMagelang.com__Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1444 H, ratusan warga Muhammadiyah se-Borobudur mengikuti pawai tarhib di sepanjang jalan Pramudyawardhani hingga jalan Sudirman dan bermuara di Komplek Pendidikan Muhammadiyah Borobudur Sabtu (18/03/2023). Kegiatan tersebut dilaksanakan juga dalam serangkaian acara Silaturahmi Keluarga Besar Muhammadiyah (SKBM) Borobudur.
Kegiatan ini dihadiri oleh unsur ranting Muhammadiyah dan Aisyiyah Borobudur, Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Aisyiyah Borobudur, Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Magelang, Pimpinan Aisyiyah Kabupaten Magelang, Ketua berbagai Amal Usaha Muhammadiyah, serta tamu undangan.
Ketua Panitia Yus Listiawan Bisron, S.Pd.I dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan pawai tarhib ramadhan ini dilaksanakan seluruh warga Muhammadiyah di Borobudur.
“Melalui kegiatan ini, kita harapkan ada sebagai persiapan bulan ramadhan. Namun tidak hanya itu saja, acara ini digunakan untuk memajukan UMKM Muhammadiyah melalui event yang akan kita agendakan kedepan bahakan kita sediakan LAZISMU untuk membantu meringkankan pembiayaan bagi penggerak UMKM Muhammadiyah” ujarnya.
Selain itu, dalam kegiatan SKBM tersebut juga diharapkan dapat membangkitkan semangat menghadapi bulan suci ramadhan guna membangun rasa persatuan dan kesatuan, menumbuhkan rasa kasih sayang dan saling menghormati khusunya antar umat muslin.
“Kegiatan SKBM dan Silaturahmi Keluarga Besar Muhammadiyah Borobudur ini adalah event yang tiap bulan ada di Borobudur, namun ini agenda yang kita buat adalah agenda besar karena melibatkan hampir seluruh warga muhammadiyah Borobudur baik itu dari tingkat ranting muhammadiyah dan aisyiyah beserta amal usaha muhammadiyah yang ada di wilayah Borobudur, kemudian pelaksanaan kegiatan bertempat di Masjid Daarul Ulum tujuannya adalah untuk membangun dilaturahmi keluarga besar borobudur atau persiapan menyambut bulan suci romadhon untuk meneguhkan eksistensi muhammadiyah di bulan ramadhan ini,’ jelas Yus Listiawan.
Dia menyebutkan bahwa serangkaian kegiatan yang dilaksanakan juga bertujuan membantu pengembangan edu wisata dalam mengembangkan wisata di borobudur.
“Ada beberapa agenda di kegiatan SKBM ini, yang pertama adalah kajian dari K.R.A.T.Dr.H. Tafsir M.Ag, beliau adalah ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, kemudian ada pawai tarhib ramadhan yang diikuti oleh semua amal usaha muhammadiyah yang berututan bergandengan tangan bersama-sama dari beberapa AUM ada drumband, pengibar bendera, dsb mengenakan seragam khusus yang ada di amal usaha muhammadiyah ataupun sekolah muhammadiyah, kemudian pada hari ini juga Pak Tafsir membantu pengembangan edu wisata yang ada di borobudur tepatnya di Desa Karanganyar yaitu tempat pembuatan gerabah yang insyaAllah sudah bertaraf internasional, nanti itu menjadi upaya kita untuk mengembangkan wisata di borobudur kemudian beliau juga menjadi orang yang pertamakali dalam peletakan batu pertama bantuan pemerintah atau dari dinas berupa ruang praktik siswa untuk SMK Muhammadiyah 2 Borobudur,” paparnya.
Sementara itu Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Tafsir dalam ceramahnya menyampaikan sebagai anggota keluarga besar Muhammadiyah wajib membangun toleransi dalam berorganisasi dengan tidak mempertentangkan perbedaan dalam pelaksanaan awal ramadhan baik dalam muhammadiyah maupun ormas lain.
“Semua ibadah dalam islam hampir terikat oleh waktu tetapi tidak mudah memahami waktu, salah satunya ramadhan, kita tegakkan bulan ramadhan dengan mujahadah, salat, baca qur’an, banyak berdzikir itulah mujahadah. Sehingga ulama sudah membuat keputusan satu ramadhan jatuh pada 23 maret, bapak ibu itu adalah hasil ijtihad ulama muhammadiyah yang tergabung dalam majlis tarjih, walaupun pemerintah dan ormas lain masih menunggu sidang isbat untuk menetapkan awal ramadhan, itulah yang namanya agama tidak cukup dengan cara menghitung, tetapi harus juga dengan cara melihat, tetapi sekali lagi baik yang cara melihat maupun menghitung kedua-duanya sama-sama istihad bersungguh-sungguh, karena bersungguh-sungguh maka harus kita hormati dan amalkan walapun hasilnya beda, kita harus memilih salah satu yang ada dari ijtihaj ulama yang ada dengan mengikuti pendapat jumhur (suara mayoritas) ulama umat islam yang tergabung dalam MUI. Apabila ada beda pendapat maka bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk dipedomani,” terangnya.(kbm2)
Tidak ada komentar: