Header ads

Header ads
Kembangkan Bisnis Kamu dengan Iklan di Kabar Magelang
» » Tiga Seniman Menyoal Perseteruan KPK VS Polri Di Candi Retno

KABARMAGELANG.COM---Perseteruan dua lembaga penegak hukum KPK VS Polri yang tak kunjung usai, sungguh menyesakkan hati banyak warga. Harapan agar negri Indonesia benar-benar aman, tentram tanpa ada intrik yang saling menjatuhkan masih sulit untuk digapai.


Presiden Joko Widodo yang diharapkan bisa 'thas-thes' menyelesaikan masalah ini, masih terus tarik ulur sehingga semakin mengambang saja persoalan. "Mbut gawe, mbut gawe, mbut gawe (kerja, kerja, kerja)," itu sekelumit ucapan yang keluar dari Gepeng Nugroho, seolah ingin Presiden segera kerja, kerja, kerja dan Thas-thes mengatasi setiap persoalan.

Tri Setyo "Gepeng" Nugroho, penasehat Dewan Kesenian Kota Magelang, bersama dua seniman lain Eka Pradhaning, pemilik sanggar Tapak Liman Kabupaten Magelang dan Agus "Ambon" Sungkowo, Sabtu (7/2) melakukan performance Art "Membeli waktu" di reruntuhan candi Retno kecamatan Secang Kabupaten Magelang. Mereka sengaja memilih cagar budaya yang runtuh ini sebagai gambaran keadaan negara Indonesia yang sedang carut marut.

Diiringi irama bende yang ditabuh perlahan oleh Agus, Eka mengenakan pakaian adat berkalung selempang merah putih, membawa hio yang dibakar mengelilingi reruntuhan Candi Retno yang berada di tengah-tengah perkampungan warga. Tembang dandang gulo dilantunkan dengan demikian syahdu dan suara lembut. Nampak Gepeng mengenakan kemeja putih dengan muka ditutup topeng  antik meningkahi langkah Eka, seolah ingin menggoda. Tak lama kemudian topeng dilepas dan ia mengenakan kemeja hitam, kemudian membacakan puisi karya Eka Pradaning "Membeli Waktu" kepada sang penentu bijak.

Kala jiwa-jiwa gonang di ujung resah, haru biru menikam segala rasa
Hendak kemana kepastian mesti dianut, atas nama anak-anak bangsa
Pendamba ketentraman diatas kejujuran dan keselarasannya
Jika perlu di waktu aku menaruhkan rasa percaya, atas tuntas tegasnya
Singkirkan segala rintangan
Juga ketika padamu aku punya harapan tentukan segala
Putusasaan atas carut marut dan kesimpangsiuran
Sebab engkaupun tahu dan cukup merasakan

Seperti halnya yang kami rasakan
Maka kebijakan dan ketegasanmulan kini yang aku nanti
Jangan berlarut-larut kau biarkan kami terhampar ketidakpastian
Sebab Kami tak mau menjadi lapuk dimakan waktu
Tak juga kami terlalu murah dikompromi oleh waktu
seperti halnya engkau tak ubahnya saat ditengah membeli waktu

Dan kertas itupun ditelan Gepeng dengan segala kemarahan. "Thas-thes, thas thes, thas-thes. Mbut gawe, mbut gawe, mbut gawe," Gepeng kembali menyerocoskan dua hal itu.

Eka yang juga anggota Padepokan Tjipto Boedojo Tutup Ngisor desa Sumber Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang itu,  dengan kelembutan menuntun Gepeng dan menyelempangkan kain merah putih ke tubuh Gepeng, seolah mengajak untuk lebih bijak menyikapi masalah yang sedang terjadi di Indonesia.

Gepeng usai performance mengatakan, mindset mmasyarakat kini sudah berubah. "Karena melihat janji-janji awal yang seharusnya segera 'thas-thes' pada kenyataannya tidak terjadi," katanya.

Ia mengaku merasa prihatin dan gemas dengan keadaan ini, sehingga sebagai seorang seniman ia harus berbuat sesuatu agar para penguasa lebih melihat dengan nurani bukan demi kepentingan kelompok tertentu.

Eka Pradaning sengaja memilih Candi Retno ingin mengingatkan, bahwa Candi Retno merupakan salah satu produk budaya. Budaya adalah berbudi dan berupaya untuk sebuah cita-cita tentang kedamaian, ketentraman dan kerukunan. Tanpa membedakan golongan, agama maupun latar belakang dan sebagainya.

"Sebagai suatu termin kecil peradaban bangsa dengan keadaan yang carut marut seperti sekarang ini, maka kita ngudo roso (mengadu), gelisah, kepada siapa kita mempercayakan penyelesaiannya," kata Eka, alumnus jurusan tari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya pada 2005 ini.

Selama menunggu ketidakpastian ini, katanya, ada satu kegelisahan sehingga akan timbul persepsi yang menjadikan virus yang tidak baik. "Seharusnya kita hidup berdampingan tentren ayem, gotong royong, namun karena ketidakpastian maka menimbulkan virus pikiran yang tidak baik," katanya.

Candi Retno  yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuni, kini tinggal puing-puing saja. Tumpukan batu bata candi dibiarkan tergeletak dan berlumut. Candi ini berada di antara aliran Kali Elo dan setan, Dusun Cetokan II desa candi Retno Kecamatan Secang. Tidak banyak orang yang mengetahui sejarah berdirinya candi ini. Padahal, disini pernah berdiri bangunan suci milik paa kasta tertinggi.   

"Sebagai seniman hanya  ini yang bisa kita berbuat. Memprihatinkan di sebuah tempat budaya yang penuh nilai luhur. Kalau negara kita masih seperti ini terus, khawatir saja , bangsa ini akan menjadi puing-puing seperti ini," kata Eka Pradhaning tertunduk lesu.

Eka , Gepeng dan Agus hanya ingin menggambarkan melalui gerak pikiran dan tubuhnya. Ia menyerahkan kepada para penentu kebijakan negri ini untuk mengartikan. (tie)


ket gambar :
Seniman Magelang menyoal perseteruan KPK VS POlri yang tak kunjung usai dengan performance art di Candi Retno Secang, Kabupaten Magelang, Sabtu (7/2). (foto: ch kurniawati)

About watik

Info terupdate seputar Kabar Magelang. Lejitkan dan Kembangan usaha Anda di Kabar Magelang
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply