Header ads

Header ads
Kembangkan Bisnis Kamu dengan Iklan di Kabar Magelang
» » Teliti Plasma Medicine, Nasrudin Raih gelar Doktor di Kanazawa University Jepang, Dengan Predikat Summa Cumlaude

  • KABARMAGELANG.COM---Prestasi membanggakan diraih salah satu dosen Universitas Muhammadiyah Magelang. Dialah Nasrudin yang baru saja menyandang gelar doktor dari Kanazawaa University, Jepang dengan meraih predikat summa cum laude. Berkat risetnya tentang plasma medicine, Nasarudin membawa nama harum bangsa Indonesia dan UM Magelang khususnya.
  • Dia melakukan penelitian  dua proyek, yang pertama tentang efek dari teknologi plasma dingin  terhadap penyembuhan luka dan kedua tentang pengembangan strategi untuk mengoptimasi dari teknologi plasma dingin terhadap penyembuhan luka. 

  • Plasma medicine adalah kajian baru dan bersifat multidisplin yang berupaya menerapkan teknologi plasma untuk terapi kesehatan, seperti untuk terapi penyembuhan luka dan kanker.  Plasma adalah fase zat ke empat, setelah zat padat, cair dan gas. Secara umum kita memahami bahwa ketika sebongkah es batu dipanaskan maka es tersebut akan meleleh menjadi air. Ketika air tersebut dipanaskan, maka akan menjadi uap air. Uap air adalah fase zat ketiga yang berwujud gas. Apa yang terjadi ketika uap air dipanaskan terus menerus sampai suhu ribuan Celcius atau ketika di beri tegangan listrik hingga ribuan volt? Yang terjadi adalah munculnya fase zat ke empat, yaitu plasma. Di alam semesta terdapat plasma alami seperti pada petir, kilat dan aurora di kutub utara. Berdasarkan data astronomis, tercatat bahwa 99% dari komposisi jagat raya berwujud plasma. 

  • Selain ditemukan di alam, plasma juga bisa dibangkitkan di laboratorium, sekaligus dikembangkan menjadi produk-produk industri. Diantara produk-produk industrial atau teknologi yang menerapkan plasma adalah televisi plasma (TV Plasma) dan AC Plasma. 

  • Plasma dapat diterapkan dalam bidang kesehatan, selain dikenal sebagai zat ke empat, plasma biasa dikenal dengan istilah gas terionisasi. Dalam fase plasma ada bagian yang stabil, yaitu berupa gas, dan ada bagian yang bersifat dinamis, yaitu  ion dan radikal bebas. Bagian yang dinamis dalam plasma ini biasa dikenal dengan  istilah partikel aktif atau ada pula yang mengatakan sebagai spesies aktif, yaitu berupa spesies aktif berbasis oksigen dan nitrogen (Reactive Oxygen and Nitrogen Species). Berdasarkan kajian ilmiah, telah dilaporkan bahwa dalam dosis yang sesuai dan terkontrol, spesies aktif tersebut dapat diterapkan untuk terapi kesehatan, seperti untuk menyembuhkan luka dan membunuh sel-sel kanker serta untuk membasmi bakteri.

  • Nasrudin mengatakan, selama studi di Jepang saya,  ia menerapkan plasma untuk penyembuhan luka pada hewan mencit dengan meniru model terapi luka di skala klinis rumah sakit. Hasilnya, penyembuhan luka pada kelompok tikus yang diberi treatment plasma tiap hari selama 1 menit lebih cepat satu hari dibandingkan dengan kelompok tikus control atau kelompok tikus tanpa treatment plasma. Pengujian pertama-tama dilakukan secara makroskopis atau dengan mata secara langsung selama 15 hari, lalu dilakukan uji secara mikrospis pada jaringan luka dengan mengunakan alat mikroskop cahaya. Berdasarkan uji mikroskopis, tampak bahwa plasma mempercepat penyembuhan luka dengan cara mempengaruhi perkembangan sel-sel myofibroblast. Sel-sel myofibroblast selama ini biasa dikenal sebagai penanda dari konstraksi luka. 

  • "Hasil penelitian saya juga telah dipublikasi di Jurnal Internasional Clinical Plasma Medicine (Elsevier Publisher). Penelitian tersebut juga merupakan disertasi saya," kata Nasrudin.
  •  
  • Ia juga mengaku selama studi di Jepang, harus benar-benar disiplin.Di negara ini dituntut  untuk kerja keras dan dan cerdas. "Saya biasa menginap di kampus untuk melakukan penelitian. Selain itu juga dituntut untuk publikasi internasional baik melalui jurnal maupun melalui konferensi internasional," katanya.

  • Ia berharap sekembali di Indonesia ia berharap bersama dengan kawan-kawan dosen yang lain bisa membangun laboratorium plasma medicine di FIKES Universitas Muhammadiyah Magelang. Jika ini terwujud, tentu ini bisa menjadi ikon bagi  UM Magelang.  Di kampus-kampus besar di Indonesia seperti UGM, UI atau ITB, sepertinya belum ada dosen yang mengkaji kajian ini. "Tantangan dan kendala jelas ada, tapi kita bisa berupaya dengan bersinergi dengan berbagai pihak baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional," katanya menutup pembicaraan.  (watie)
  • Nasrudin


About watik

Info terupdate seputar Kabar Magelang. Lejitkan dan Kembangan usaha Anda di Kabar Magelang
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply