Pemilik kerajinan bedug "Barokah Agung", Khuzaemadi, menyatakan, saat ini usaha yang dirintisnya sejak tahun 1991 seang mengalami penurunan permintaan, namun demikian bedug buatannya masih diminati bahkan dari luar negeri.
"Ada langganan orang Medan yang pasti ambil bedug dari sini. Ada juga yang dari Malaysia, dan Singapura, serta Australia," kata Khuzaemadi, saat di temui di rumahnya, Rabu (31/5).
Dia mengungkapkan saat terjun ke usaha pembuatan bedug sekitar tahun 1991, setelah dia dan keluarganya ditimpa kerugian dari bisnis jual beli sapi. Seluruh harta benda milik keluarga Khuzaemadi habis, tinggal rumah satu-satunya yang kini ditempati.
"Saat itulah tiba-tiba, ada tetangga warga Dusun Canggalan, Desa Ngasinan, Kecamatan Grabag datang minta tolong untuk dibuatkan bedug dari kayu canggal (pokok kayu). Kayu itu gabungan pohon bunga kanthil dan kenanga. Pohon unik tersebut hanya ada satu itu, tidak ada lainnya," ungkapnya.
Dengan penuh keyakinan, dia menyanggupi membuat bedug. Setelah jadi, bedug itu dihargainya Rp180 ribu. Kini, Khuzaemadi berniat membeli bedug itu kembali dengan harga berkali-kali lipat, bahkan mencapai Rp10 juta.
"Tapi tidak dibolehkan sama warga sana, karena bedug itu hanya satu-satunya, kayunya juga tidak ada duanya," kata Khuzaemadi.
Berawal dari pengalaman membuat bedug tersebut, Khuzaemadi terus menekuni usahanya hingga saat ini. Kini, dia menggunakan bahan baku kayu sengon laut merah, yang di Magelang sudah jarang di temukan. Untuk itu, dia harus menari dari luar daerah. Salah satunya dari Jogjakarta. Sedangkan kulit yang digunakan berupa kulit sapi dari lokal Magelang.
"Bahan baku bedug kita menggunakan kayu sengon laut merah. Selain memiliki kualitas yang lebih bagus dibanding jati dan kayu munggur, kayu ini juga memiliki keistimewaan yakni bisa mencapai ukuran atau diameter yang lebih besar dibanding kayu lainya," jelasnya.
Bapak lima anak tersebut mengaku profesi sebagai pembuat bedug merupakan hal yang tidak dia duga. Dia juga mengaku tidak meiliki kemampuan atau ketrampilan apapun cara membuat bedug. Setiap ada pesanan dia hanya menyuruh karyawanya untuk membuatkan bedug sesuai dengan pemesan.
"Satu bedug nyampai setengah hingga satu bulan. Tergantung dari ukuran bedug itu sendiri, semakin kecil ukurannya maka semakin cepat waktu penyelesaian," ujar Khuzaemadi.
Dia menjelaskan waktu pengeringan satu kayu bahan baku bedug lebih lama dari waktu pembuatan. Paling tidak membutuhan waktu 5-8 bulan agar kayu benar- benar kering dan mampu mengeluarkan warna suara yang bening, lembut dan merdu.
"Ukuran bedug kita buat bervariasi, mulai yang paling kecil berdiameter sekitar 50 centimeter, kemudian ukuran paling besar pernah sampai 2 meter. Sementara untuk harga mulai dari Rp12 juta hingga termahal Rp70 juta, dengan garansi 15 tahun," pungkasnya. (KB.M1)
Tidak ada komentar: