kabarMagelang.com__Berawal dari iseng, Warih (49) seorang ibu rumah tangga di Dusun Mendalan, Desa Tanjungsari, Kecamatan Borobudur, Magelang, berhasil mengembangkan berbagai jenis kupu-kupu di rumahnya. Bahkan sejak adanya pandemic Covid-19 tepatnya pada Agustus tahun 2020, ia membuat tempat penangkaran kupu-kupu di kebun belakang rumah untuk dijadikan destinasi wisata, dengan nama Borobudur Butterfly. Tidak hanya itu wanita yang juga berprofesi sebagai pengajar ini bersama sang suami sudah memiliki galeri untuk menjual aksesoris kupu-kupu menarik buat para pengunjung.
Warih mengaku ide tersebut berawal dari iseng. Kebetulan ia bersama suaminya memiliki ketertarikan terhadap kupu-kupu. Apalagi di wilayah Borobudur jumlah kupu-kupu tidak lagi banyak, akibat populasi ulat yang semakin sedikit, akibat dari lahan pertanian banyak yang disemprot pestisida serta beberapa lahan digunakan untuk bangunan.
"Karena kupu-kupu semakin sedikit, maka kami akhirnya kami mencoba membuat penangkaran kupu-kupu," uangkapnya.
Dia kemudian membuat penangkaran kupu-kupu di kebun yang berada di belakang rumahnya dengan berukuran 12 x 15 meter. Di kebun tersebut ia menanam berbagai tanaman yang dapat menunjang berkembang biaknya kupu-kupu. Mulai tanaman untuk penyedia nektare serta tanaman makanan larva. Dia mengaku sama sekali tidak takut, baginya ulat yang dianggap sebagian orang menjijikan itu, nantinya bakal menjadi kupu-kupu yang indah.
"Kalau di tetangga banyak ulat sering saya ambil kemudian saya taruh di kebun, nantinya bisa menjadi kupu-kupu yang cantik. Dan saat ini sudah ada berbagai jenis kupu-kupu disntsrsnys jenis ascalapus, hypolimnas, agamemnon serta jenis lainnya” ujar Warih.
Warih menjelaskan, sejak Butterflay Borobudur berdiri tahun 2020 dan dikenal banyak pengunjung yang mulai datang. Mereka berasal dari luar daerah seperti Jawa Barat, Jakarta, Jawa Timur bahkan ada yang dari luar Jawa.
"Kita kerjasama dengan sewa mobil vw, biasanya pengunjung akan diarahkan untuk mampir ke sini," terangnya.
Di Borobudur Butterfly tambah Warih, selain dapat melihat berbagai jenis kupu-kupu, pengunjung juga bisa belajar cara penangkarannya. Bahkan untuk belajar Wirah dan suami tidak memasang tarif masuk. Alias gratis.
"Semua masih gratis. Kami tidak memasang tarif karena kami merasa Borobudur Butterfly belum besar," ujarnya.
Disamping penangkaran kupu-kupu Butterflay Borobudur juga sudah memiliki galeri untuk menjual aksesoris berupa hiasan dari kupu-kupu yang diawetkan yang dibingkai dengan figura sebagai hiasan dinding, serta aksesoris gantungan kunci. Suvenir kupu-kupu tersebut dijual mulai dari harga Rp 200 ribu sampai Rp 900 ribu. Tergantung coraknya.
"Karena kupu-kupu bertahan hidupnya hanya 4 sampai 6 minggu, maka kupu-kupu yang mati kami awetkan, dan ternyata sangat menarik dan banyak diminati pengunjung sebagai hiasan atau koleksi," pungkasnya.(Kbm2).
Tidak ada komentar: