Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Magelang, Slamet Achmad Husein mengatakan, Magelang berada di daerah cekungan yang dikelilingi gunung. Kondisi tersebut sekaligus menyimpan potensi bencana.
“Ada Gunung Merapi, kemudian destinasi pariwisata lainnya yang termasuk daerah rawan tanah bergerak atau longsor,” kata Slamet Achmad Husein, saat membuka “Pelatihan Mitigasi Bencana di Destinasi Pariwisata, dan pengelolaan desa wisata di Hotel Artos, Selasa (14/9/2021).
Sehingga dibutuhkan penyiapan sumber daya manusia yang siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
“Ini alasan mengapa salah satu materi pelatihan adalah mitigasi bencana. Baik bahaya Merapi maupun daerah rawan longsor,” jelas Husein.
Menurut data Dinas Pariwisata, sedikitnya terdapat 80 destinasi wisata alam di Kabupaten Magelang. Beberapa diantaranya berupa wisata pegunungan dan susur sungai (arung jeram).
Kegiatan Pelatihan Mitigasi Bencana di Destinasi Pariwisata diikuti 40 peserta operator destinasi wisata.
Tim ahli dari BPBD Kabupaten Magelang dan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) dihadirkan sebagai narasumber.
Menurut Kepala Seksi Gunung Api BPPTKG, Agus Budi Santoso, penting bagi pengelola destinasi wisata terutama di kawasan rawan bencana Merapi, memiliki dokumen mitigasi bencana.
Dukumen itu diperlukan sebagai pijakan menyelenggarakan mitigasi bencana di objek wisata.
“Ini bertujuan menyusun managemen objek wisata yang tanggap bencana,” ujar Agus Budi Santoso.
Pengelola destinasi wisata juga harus memahami tahapan mitigasi bencana yang antara lain meliputi asasmen bahaya, rekayas pencegahan bencana, pengurangan kerentanan, dan peringatan dini.
“Tahapan selanjutnya adalah menyusun standar operasi prosedur penanggulangan bencana yang kemudian diaplikasikan dalam simulasi bencana.” ujarnya.(Ad).
Tidak ada komentar: