Borobudur, kabarMagelang__Tolak rencanan penambangan tanah uruk untuk jalan tol, ratusan warga Desa Sambeng, Kecamatan Borobudur, mendatangi balai desa setempat, Kamis (4/12/2025) malam.
Warga khawatir dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan dari aktivitas pertambangan untuk Proyek Strategis Nasional tersebut.
Dalam pertemuan yang berlangsung hingga tengah malam tersebut, warga dengan keras mendesak Kepala Desa Sambeng Rowiyanto untuk membuat surat pernyataan penolakan rencana penambangan tanah Uruk.
Pasalnya kades dinilai telah memfasilitasi dan mendukung rencana kegiatan tersebut dengan membentuk tim dari orang-orangnya.
Seorang warga Desa Sambeng, Khairul Hamzah menuturkan pembicaraan soal rencana penambangan tanah uruk dilakukan pada pertengahan Juli 2025.
"Saat itu berlangsung pertemuan antara warga, pejabat tingkat desa dan kecamatan, serta perusahaan tambang tanah uruk di Balai Ekonomi Desa Sambeng," ungkapnya di kantor Desa Sambeng, Kamis malam (4/12/2025).
Khairul mengingat saat pertemuan itu sekadar menanyakan kesediaan warga melepas tanahnya untuk dijadikan lokasi tambang. Menurut dia, titik penambangan ada di lahan pertanian produktif yang ada di Dusun Sambeng 1 dan Dusun Kedungan 1.
"Tidak ada satupun warga yang berkenan tanahnya dikeruk," katanya
Namun, belakangan warga mendapat kabar adanya klaim 80-85 persen warga Desa Sambeng menyetujui rencana penambangan tanah uruk untuk proyek tol Yogyakarta-Bawen.
"Akhirnya lantas membikin surat penolakan terhadap rencana tersebut yang ditandatangani sedikitnya 800 orang," sebutnya.
Dalam pertemuan yang di saksikan jajaran Forkompimcam Borobudur tersebut terungkap dari salah satu warga Dusun Sambeng I, Suratman, mengaku didatangi seseorang yang menawarkan dirinya untuk bergabung dalam sebuah tim.
"Tim ini bertugas membujuk warga agar melepas tanahnya untuk bakal tambang tanah uruk," ujarnya.
Kepada Suratman, orang tersebut bilang tim akan terdiri dari lima orang.
"Dalam tim itu, menurut dia, ada pak lurah," cetusnya.
Sementara Kepala Desa Sambeng Rowiyanto membenarkan adanya tim yang bertugas untuk merayu warga. Ia mengklaim kelompok tersebut bentukan perusahaan tambang. Dia juga membantah cawe-cawe dan masuk dalam struktur tim.
"Pembentukannya (tim) di tegalan, di dekat rumah saya. Posisi saya di situ juga dilema. Tapi, saya tetap berat di masyarakat," kilahnya.
Rowiyanto juga menyebut bakal lokasi penambangan tanah uruk hanya di Dusun Sambeng 1.
"Luasnya bisa jadi 5-8 hektare. Karena belum melakukan pengukuran apapun," ujarnya.
Namun demikian dia menyatakan bahwa perusahaan akan melakukan reklamasi di lokasi tambang setelah selesai menguruk tanah.
"Dan, juga akan dibangunkan wisata strategis yang mendukung kemajuan wilayah setempat," ucap Rowiyanto.
Terkait klaim data 80-85 persen warga yang menyetujui penambangan tanah uruk, Rowiyanto mengaku tidak mengetahui.
"80 persen itu dari mana, saya juga tidak tahu," ujarnya.
Seorang warga Desa Sambeng, Suratman menyatakan tidak hanya pemilik lahan yang akan terdampak dari penambangan tanah uruk. Melainkan, seluruh warga bakal kena getahnya.
"Kalau mata air kami mati bagaimana?" protesnya.
Khairul Hamzah, warga lain, mengatakan bakal lahan tambang saat ini merupakan lahan pertanian warga.
"Warga nanti kehilangan mata pencaharian. Belum lagi kerusakan jalan karena masuk kendaraan berat, bising, polusi," bebernya.
Dalam pertemuan yang baru berakhir tengah malam itu, usai mendapat desakan warga, akhirnya Kepala Desa Sambeng Rowiyanto, bersedia satu suara dengan warga. Menyatakan menolak rencana penambangan tanah uruk di Desa Sambeng untuk tol Yogyakarta-Bawen.
Ia juga menjamin tidak bakal ada rekomendasi, izin, atau persetujuan dalam bentuk apapun dari Pemerintah Desa Sambeng terkait proyek tersebut.
"Saya, jika tidak menaati ini, legawa lahir batin saya berhenti," janjinya.(Rez).

Tidak ada komentar: