Header ads

Header ads
Kembangkan Bisnis Kamu dengan Iklan di Kabar Magelang
» » » Pernikahan Tembakau di Lereng Sumbing




Sebuah tradisi unik di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di dusun Gopaan desa Genito kecamatan Windusari Kabupaten Magelang. Setiap tahun di bulan Sapar, mereka menikahkan tanaman tembakau sebagai wujud menghormati tanaman yang sudah menyejahterakan masyarakat setempat sejak berpuluh-puluh tahun silam. Tidak hanya memberikan kehidupan yang mapan bagi penduduk, namun juga menyentuh pada kehidupan sosial dan kesenian.
Pernikahan tembakau dirayakan besar-besaran bahkan melebihi perayaan Idul Fitri. Segala jenis kesenian yang tumbuh di desa yang terletak 5 km dari puncak gunung Sumbing ini di helat untuk dinikmati seluruh penduduk. Hujan gerimis tidak menghalangi pesta desa pada Selasa (9/12) lalu, bahkan menambah kesan sakral.
Gadis-gadis desa nan cantik mempesona berdandan dengan mengenakan pakaian tradisional, demikian juga para pemudanya. Tidak ketinggalan para orang tua juga mengenakan pakaian tradisional.
Dengan langkah lemah gemulai, para gadis berjalan menuju sebuah sendang di desa itu yang dinamakan sendang Piwakan. Diantara para gadis, ada pasangan muda-muda berdandan layaknya pengantin masing-masing membawa satu tanaman tembaku yang diberi nama Kyai Pulung Soto dan Nyai Srinthil. Di belakangnya nampak iring-iringan penduduk berpakaian adat. Suara gamelan mengiringi setiap langkah mereka menambah syahdu perjalanan spiritual pernikahan tembakau itu.
Kesakralan semakin mengental saat tercium bau dupa dan semerbak aroma berbagai jenis bunga. Air hujan masih turun dengan suaranya yang gemericik menambah kesyahduan. Para sesepuh desa mengakhiri perjalanan pernikahan ini pada sebuah pesanggrahan yang terletak di pojok sendang. Mereka membawa sesajian yang kemudian di letakkan di pesanggrahan yang oleh masyarakat setempat dinamakan pesanggrahan Kyai Gopaan.
Ritual pernikahan ini dipimpin seniman Agus Suyitno . Oleh Agus yang sering disebut Agus Merapi, dua tanaman yang dibawa pasangan muda-mudi itu dijadikan satu kemudian di masukkan kedalam sendang sambil diberi mantra-mantra. Agus juga nampak memakan bunga mawar.
Agus mengatakan,  pernikahan tembakau itu dimaksudkan agar tanaman yang menjadi andalan warga setempat ini bisa ada secara terus menerus. Sebab keberadaan tembakau di desa ini tidak akan musnah meskipun di luaran terjadi perdebatan antara haram dan halal hingga harga yang turun naik.
"Tanaman tembakau harus tetap ada di dusun ini, karena sudah menjadi komoditi yang sangat diandalkan," katanya.
Sendang Piwakan, tempat dilaksanakannya ritual, diyakini merupakan sendang yang memberikan kemakmuran bagi warga setempat. Di sendang ini banyak terdapat ikan seperti mujahir dan tombro. Bahkan ada satu ikan berwarna merah dengan ukuran yang sangat besar. Ikan ini diyakini sebagai penunggu sendang karena selalu muncul di waktu-waktu yang tidak terduga-duga.
Sebelum acara pernikahan itu, terdapat arak-arakan kesenian terlebih dahulu. Dalam arak-arakan ini, selain kesenian tradisional setempat, juga ada gunungan hasil bumi yang dihiasi dengan cabai, terong, wortel, buncis, kacang panjang, dan juga pete, serta buah-buahan. Bahkan, dalam gunungan itu ada lembaran uang seribuan hingga lima ribuan.
Kepala Dusun Gopaan, Sugino menjelaskan, tradisi ini merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan setiap bulan Safar. Dia juga menjelaskan, ritual seperti ini sudah dilakukan secara turun temurun, sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang sudah memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi warga desa setempat.
Ia mengungkapkan,selama ini warga tidak pernah merasakan kesulitan dalam bercocok tanam sehingga hasilnya mampu menghidupi. "Kami bersyukur akan tanah yang subur sehingga dapat ditanami padi, jagung dan tembakau," ucapnya.
Merti desa diwarnai dengan pernikahan tembakau ini melibatkan para petani dan perajang tembakau. Untuk biaya, semua ditanggung oleh warga secara suka rela.(watie)

Ket Gambar:
Ritual pernikahan tembakau di dusun Gopaan desa Genito kecamatan Windusari kabupaten Magelang, lereng gunung Sumbing. Ritual yang rutin di gelar setiap bulan Sapar setiap tahunnya, sebagai wujud rasa syukur atas limpahan rejeki dari Alloh Swt melalui tanaman tembakau. (foto ch kurniawati)


About watik

Info terupdate seputar Kabar Magelang. Lejitkan dan Kembangan usaha Anda di Kabar Magelang
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply