MUNGKID, KABARMAGELANG.com__Pimpinan DPRD Kabupaten Magelang, menyesalkan sikap
arogan yang dipertontonkan Pejabat Dinas Pasar dan aparat Satpol PP Kota Magelang.
Mereka dinilai tidak etis dan tidak punya etika serta tidak mengetahui sejarah karena
telah mengusir pedagang tiban yang sedang melaksanakan pengajian di Masjid Jami' Kauman Kota Magelang,
Minggu (31/7) lalu. Bahkan Gus Muna (Anggota DPRI) yang mengampu pengajian
tersebut juga diperlakukan tidak santun.
Wakil
Ketua DPRD Kabupaten Magelang dari PKB, Yogyo Susaptoyono, mengatakan bahwa Pejabat
yang mengusir pedagang tiban yang juga jamaah pengajian itu, tidak mengetahui
sejarah dan tidak paham akan kearifan lokal.
"Jamaah
Paingan itu, merupakan tradisi yang sudah dibangun umat Islam sejak lama.
Mereka hanya berdagang, sambil mendengarkan pengajian," ucapnya di Gedung
DPRD Kabupaten Magelang, Kamis (4/8).
Menurutnya,
nilai-nilai kearifan lokal yang sudah dibangun sejaka lama melalui pengajian
Pahingan ini, sudah diciderai dengan sikap arogan oleh pejabat yang tidak
mengetahui sejarah.
"Hanya
dengan dalih Adipura, mereka tega
menutup hak-hak masyarakat yang hendak beribadah sambil mencari rezeki,"
ujar Yogyo.
Wakil
Ketua DPRD dari Partai Gerindra, Drs H Soeharno, juga sangat menyesalkan sikap
arogan yang telah dipertontonkan kepada masyarakat.
“Mestinya,
seorang pejabat harus mampu memberikan teladan bagi masyarakat, bukan justru
bersikap sombong dan arogan,” katanya.
Dia
menegaskan bahwa, mereka yang datang tidak
hanya dari Kabupaten Magelang, tetapi dari berbagai daerah, seperti dari
Temanggung, Wonosobo dan Purworejo. Mereka mendengarkan pengajian yang selama
ini sudah berjalan.
“Jika ada
beberapa jamaah yang nyambi mencari rezeki apa salahnya, toh mereka tidak setiap
hari jualan di situ," jelas Soeharno.
Mantan
Sekda Pemkab Magelang ini, menambahkan, jika pejabat Pemerintah Kota (Pemkot)
Magelang, memakai dalih mejaga
kebersihan untuk Adipura, itu tidak beralasan. Sebab selama ini, sampah dari
Kota Magelang justru dibuang di TPA yang berada di wilayah Kabupaten Magelang.
"Jadi,
kesimpulanya mereka itu tidak mengetahui sejarah," tambah Suharno.
Dia hanya
bisa berharap, agar kejadian ini tidak sampai memicu kebencian dan ketegangan
masyarakat Kabupaten Magelang.
"Kondisi
seperti itu yang kami khawatirkan, maka masalah
ini harus segera diselesaikan," tambah Soeharno.
Diketahui,
jamaah pengajian Pahingan yang berlangsung Minggu (31/7) lalu, dikagetkan
adanya lima spanduk bertuliskan larangan berdagang di alun-alun Kota
Magelang. Spanduk berwana merah bergradasi kuning menyala itu, diletakkan
frontal ke arah Masjid Kauman. Tampak dua Pleton Satpol PP, termasuk beberapa anggota Polisi dan TNI
diturunkan.
Pedagang yang
datang ngalap berkah Pahingan sambil menggelar lapaknya, tiba-tiba daganganya diangkut
begitu saja oleh Satpol PP. Meskipun ada beberapa peti jeruk dan barang
dagangan lainya berhasil dirutunkan kembali oleh relawan pengajian.
Di sela - sela
kejadian tersebut, seorang pejabat Dinas Pasar tampak ngotot menjawab
pertanyaan dari Gus Muna (anggota DPR RI) yang juga Pengampu Pengajian
Pahingan. Gus Muna dengan rendah hati menemui pejabat tersebut untuk
membuka dialog, namun jawaban dari pejabat ini sungguh jika ditulis
disini.
"Jangankan
elegan, santun pun tidak." ucap Gus Muna.(zis)
Tidak ada komentar: