Header ads

Header ads
Kembangkan Bisnis Kamu dengan Iklan di Kabar Magelang
» » Lakukan Pendampingan FMIPA Unnes Temukan 51 Jenis Kupu di Borobudur Butterfly Edu

Tim Pendampingan FMIPA Unnes Saat Melakukan Pemaparan di Borobudur Butterfly Edu

kabarMagelang.com__Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Semarang (Unnes) melakukan pendampingan di penangkaran kupu-kupu Borobudur Butterfly Edu (BBE) Dusun Mendalan, Desa Tanjungsari, Kecamatan Borobudur, Magelang. Pendampingan yang dilakukan sejak Bulan Agustus 2021, FMIPA  jurusan Biologi Unnes ini menemukan 51 jenis kupu-kupu di wilayah kawasan Candi Borobudur.

Pendampingan dengan menggunakan anggaran LP2M Unnes ini dipimpin oleh  Dr. Drs. Aryono Adhi, M.Si sebagi Tim Pengabdian dadampingi Dr. Sugianto M.Si, Drs. Ibnul Mubarok, M.Sc, Drs. Bambang Priyono, M.Si sebagai anggota, dan tiga orang mahasiswa yakni Ani Handayani, Mitzi Lieviamanda, Ifan Syahputra.

Dosen Ekologi dan Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, FMIPA, Unnes, Bambang Priyono mengatakan, pendampingan yang dilakukan atas permintaan pengelola penangkaran kupu-kupu. Kebetulan di Jurusan Biologi, FMIPA Unnes ada green community, salah satunya penangkaran kupu-kupu.

“Kami di Unnes punya penangkaran kupu-kupu, dan sudah lama terbentuk, bahkan pernah dibuat studi banding oleh anak-anak UGM. Unnes sendiri merupakan perguruan tinggi yang wawasannya konservasi, paling tidak harus menyelamatkan flora, fauna, salah satunya kupu-kupu. Kebetulan disini juga ada penangkaran kupu-kupu dan anak-anak ini (mahasiswa) di bawah underbow kami green community itu sudah kami biasakan misalnya melihat kupu-kupu yang ada di Unnes,” kata Bambang saat ditemui di Borobudur Butterfly Edu, baru-baru ini.

Dia mengungkapkan sebelum melakukan pendampingan sudah mengadakan survei terlebih dahulu. Pihaknya menilai di kawasan Borobudur adalah menjadi daerah tujuan pariwisata. Jika ada pembangunan untuk pengembangan wisata dikhawatirkan bisa merusak tanaman inang, akibatnya keberadaan kupu-kupu akan terancam punah.

“Kami takutkan sekali kalau ada perkembangan pembangunan (pariwisata) itu banyak tanaman-tanaman yang merupakan inang, akan rusak atau hilang. Otomatis kupu-kupunya hilang atau terancam punah,” ujar Bambang.

Dia menjelaskan awal BBE berkomunikasi, tim meminta agar yang ditangkarkan adalah kupu-kupu lokal yang ada di daerah Borobudur.

“Misalnya ada pembangunan berkembang, kita bisa melakukan penelitian lagi apakah jenis-jenisnya berkurang atau tidak. Tapi paling tidak, kita sudah menyelamatkan beberapa yang ada di penangkaran ini,” ujarnya.

Bambang menegaskan, penangkaran kupu-kupu yang dilakukan BBE tersebut bisa menjadi sarana edukasi bagi pelajar maupun wisatawan. Untuk itu, pihaknya menyarankan agar pengelola bisa membuat semacam bioskop mini yang bisa menerangkan proses berkembang biak kupu-kupu ini.

“Saya menyarankan kalau bisa di BBE ini ada semacam kayak studio mini bioskop. Bagaimana cara telur kupu-kupu itu, bertelur, kemudian larva, kemudian berkembang menjadi dewasa. Jadi, selain kunjungan bisa melihat proses itu,” Katanya.

Salah satu mahasiswa yang ikut dalam pendampingan, Mitzi Lieviamanda menjelaskan, awal melakukan survei di lokasi penangkaran, salah satu yang dihadapi pengelola penangkaran adanya predator yang memakan baik telur, ulat, maupun kepompong.

“Alhamdulillah setelah kunjungan kedua ini karena dulu masalah atau kendala yang dialami BBE (Pak Mubin dan Ibu Warih)  adalah banyak kepompong atau ulat yang mati diserang hama atau predator. Setelah kita berikan bimbingan dan pendampingan serta teknik penyelamatan ulat dan kepompong dari predator. Alhamdulillah jumlah individu yang rilis di penangkaran itu meningkat sampai 12 individu rilis (hidup) jadi kupu-kupu,” ungkapnya.

Mitzi juga menyebutkan, setelah berkeliling di desa-desa lainnya seperti Desa Wringinputih, Ngadiharjo maupun lainnya menemukan sekitar 51 jenis kupu-kupu lokal Borobudur. Dari 51 jenis kupu-kupu tersebut, salah satunya yang menjadi konsen yakni Troides Helena.

“Di lokal Borobudur ini yang kita temui ada 51 jenis (kupu-kupu), cuman yang menjadi konsen salah satunya yang asli di Jawa yakni Troides Helena, ternyata masih ada. Untuk jenis lain belum kami temukan dan di penangkaran BBE masih diusahakan untuk Troides Helena. Harapannya biar jumlah individunya menambah,” terang Mitzi.

Sementara pemilik sekaligus pengelola Borobudur Butterfly Edu (BBE), Warih Budi Triningsih mengaku, senang mendapatkan pendampingan dari Unnes karena dinilainya sangat bermanfaat.

 “Banyak manfaatnya ya, terutama untuk pengembangan penangkaran kupu-kupu di Borobudur Butterfly Edu. Saya berharap dengan pendampingan ini, penangkaran kupu-kupu tidak hanya disini tetapi bisa meluas sehingga bisa menjadi lebih baik,” tuturnya. 

Dia menyebutkan setelah ada pendampingan ini, kepompong yang menjadi kupu-kupu berhasil hingga 75 persen. Dan saat ini jumlah kupu-kupu yang ditangkarkan jumlahnya lebih banyak.

“Sekarang kepompong yang saya masukan di kandang prosentasenya sekitar 75 persen berhasil. Kalua sebelumnya saya biarkan, ya hanya bejo-bejonan. Sekarang ya Alhamdulillah, dapat ilmu baru. 75 persen kepompong dimasukan bisa jadi kupu-kupu,” pungkas Warih.(Ad).

 

  

About kabarmagelang.com

Info terupdate seputar Kabar Magelang. Lejitkan dan Kembangan usaha Anda di Kabar Magelang
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply